Minggu, 05 Mei 2024

Sejarah Paseban Sultan Van Kejawang ( Pasarean ) di Desa Karangsari Kecamatan Sruweng

Sejarah Paseban Sultan Van Kejawang ( Pasarean ) di Desa Karangsari Kecamatan Sruweng

Desa Karangsari, terletak di Kecamatan Sruweng Kabupaten Kebumen, Desa yang mayoritas penduduknya tidak lebih dari 1000 jiwa , serta luas wilayah desa hanya 89 ha , dan mayoritas penduduk berusaha dibidang pertanian ini memiliki nilai Sejarah yang cukup menarik perhatian.

Dalam kurun waktu 2 tahun kebelakang ini tepatnya ditahun 2017 , tim dari Wahyu Pancasila yang dimotori oleh Bpk. Ravie Ananda , meneliti keberadaan benda cagar budaya yang terletak di Desa Karangsari. Tim dari Penelusur Sejarah Jejak Pangeran Dipanegara menemukan catatan sejarah bahwa di Desa Karangsari ini , menjadi salah satu tempat berundingnya Pangeran Dipanegara dalam gerilya perangnya dalam perang jawa tahun 1800an yang menjadi salah satu perang terbesar pada saat itu dalam menaklukan Penjajahan Belanda atas Indonesia sebelum Pangeran Dipanegara menuju Menoreh (Magelang) untuk berunding bersama Jendral De Kock dari Belanda namun pada akhirnya di khianati dan menjadi penutup perlawanan Pangeran Dipanegara.

Pada tahun 2018 dari Pemerintah Daerah Kabupaten Kebumen , Dinas Pendidikan dan Kebudayaan menetapkan bahwa Paseban Sultan Van Kejawang menjadi salah satu benda Cagar Budaya daerah Kabupaten Kebumen.

Sedikit menyalin artikel tentang sejarah keberadaan dan sisi histori dari perang jawa yang dikomandoi oleh Pangeran Dipanegara , yang ditulis oleh Bapak Ravie Ananda ( Wahyu Pancasila 10 Maret 2017) ,( Link : https://kebumen2013.com/kejawang-karangsari-keping-penutup-perang-dipanegara/ )

Kejawang – Karangsari Keping Penutup Perang Dipanegara

Sebuah tempat di puncak gunung Tambaksari (kini Desa Kejawang kec. Sruweng) selama hampir 1,5 tahun menjadi tempat tinggal dan markas Pangeran Dipanegara. Dari tempat ini lah beliau mengatur strategi  peperangan  di wilayah Bagelen dan sekitarnya sehingga Pangeran Dipanegara dikenal sebagai Sultan van Kejawang.

Meski berada di lokasi yang sangat tersembunyi para pemimpin perjuang yang masih meneruskan perjuangannya beserta pasukan-pasukan mereka termasuk para pemimpin dari daerah Mataram seperti Mas Penghulu, Kyai Mlangi, Hadji Imam Radji selalu datang berkoordinasi dalam menyusun siasat peperangan serta mengabarkan perkembangan yang telah terjadi di Mataram.

Sebelum perundingan di Roma Kamal pihak Belanda kesulitan untuk menemukan keberadaan Pangeran Dipanegara. Hingga pada akhirnya Belanda mengirim Ali Basah Sentot Prawiradirdja dan Patih Danuredja untuk menemui Pangeran Dipanegara di Kejawang sebagai wakil dari Kolonel Clereens dengan membawa pesan permintaan untuk berunding. Melalui bujukan kedua tokoh tersebut Pangeran Dipanegara menerima tawaran perundingan dimana beliau beserta pasukannya memilih tempat di Roma Kamal pada tanggal 16 februari 1830. Dalam pertemuan pertama di Roma Kamal, Pangeran Dipanegara menolak berunding dengan Kolonel Clereens karena kedudukannya tidak sederajat dengan Pangeran Dipanegara selaku pimpinan Perang. Beliau hanya mau berunding dengan Jenderal De Kock. Pangeran Dipanegara beserta pasukan pengawalnya kembali ke Kejawang. keesokan harinya, 17 Februari 1830 Kolonel Clereens menyusul Pangeran Dipanegara ke Kejawang dan melakukan perundingan kedua. Lokasi perundingan ini bertempat di bawah markas gerilya Pangeran Dipanegara yang sekarang dikenal dengan nama Paseban (kini masuk wilayah desa Karangsari – Sruweng; sebelah timur komplek makam Kuwu Panjer). Perundingan kedua membuahkan hasil kesepakatan berupa agenda perundingan antara Pangeran Dipanegara dengan Jenderal De Kock di Menoreh (Magelang) yang berakhir dengan penghianatan dan menjadi penutup perlawanan Pangeran Dipanegara.

Seiring berjalannya waktu Kejawang sebagai markas gerilya Pangeran Dipanegara berangsur-angsur hilang dari ingatan sejarah. Tempat yang sangat tersembunyi tersebut kemudian dikenal sebagai Pesanggrahan Tambaksari. Terbentuklah cerita turun temurun masyarakat setempat bahwa Pesanggrahan tersebut adalah tempat Sultan Mataram mengajarkan ilmu agama. Dari bentuk yang sangat sederhana berupa gubug, Pesanggrahan Tambaksari kemudian direnovasi oleh seorang warga yang bernama Mulyo Utomo pada tahun 1977. Renovasi tersebut juga menambahkan 4 nisan sebagai pengganti kayu yang kemungkinan merupakan sisa-sisa tiang penyangga bangunan terdahulu. Adanya 4 nisan ini menciptakan keyakinan baru  masyarakat terhadap Pesanggarahan Tambaksari sebagai sebuah komplek makam. Adapun Paseban – Karangsari hingga kini dikenal warga sebagai tempat musyawarah Pangeran Dipanegara. Kepercayaan masyarakat setempat meyakini bahwa Paseban tersebut dijaga oleh dua penderek Pangeran Dipanegara hingga keduanya meninggal dan dimakamkan di Paseban tersebut. Mengacu pada uraian dalam buku “Pahlawan Dipanegara Berjuang”, yang dimaksud kedua penderek tersebut mungkin “Rata dan Banteng Bareng”.

Satu cerita yang hingga kini menjadi kebanggaan melegenda di masyarakat Kejawang adalah datangnya Presiden Soekarno pada masa perang kemerdekaan ke rumah salah satu warga Kejawang (kemungkinan rumah Juru Kunci) dan kemudian naik ke Sanggrahan Tambaksari. Selain itu ada pula wewaler hingga saat ini dimana masyarakat Kejawang dilarang memelihara kuda berwarna putih dan hitam. Beberapa kejadian yang tidak baik selalu dialami oleh warga yang nekad memelihara kuda berwarna putih ataupun hitam.

"Dari setiap puzzle yang tersusun tercipta kegemilangan sejarah tanpa harus kehilangan sisi gelapnya."

=========================================================================

Demikianlah sejarah mengenai benda cagar budaya yang ada didesa kami. Secara pribadi bagi penulis dengan segala keterbatasan yang saya miliki , mohon maaf yang sebesar-besarnya apabila ada tulisan yang kurang sesuai.

Semoga bermanfaat.

"Jangan Lupakan Sejarah"

"Salam Budaya"

Bagikan :

Tambahkan Komentar Ke Twitter

Kebumen Terkini

Tahun Ini KIE Ditiadakan, Diganti Expo Keagamaan
Peringati Hardiknas, Bupati Kebumen Upayakan Para Guru Honorer Diangkat PPPK
Peringati Hari Buruh, Bupati Kebumen Sebut Angka Penganguran Turun
Berkomitmen Majukan Pendidikan, Bupati Kebumen Raih Penghargaan Detik Jateng-Jogja Awards
Puluhan Ribu Warga Padati Alun-alun Pancasila, Nobar Timnas U-23 vs Uzbekistan

Arsip Berita

Data Desa

Statistik Pengunjung

Polling 1

Polling 2

Polling 3